
Qomaruddin Rizal
Guru Ekonomi SMA Negeri 8 Semarang
Abstrak
Penelitian ini mengkaji strategi pengembangan sumber daya manusia (SDM) pendidikan melalui optimalisasi aset sekolah untuk meningkatkan keberhasilan program di SMA Negeri 8 Semarang. Fokus utama adalah mengidentifikasi bagaimana aset sekolah, yang meliputi tujuh kelompok sumber daya, dapat dimanfaatkan secara sinergis untuk memperkuat kapasitas SDM dan mendukung implementasi program. Metodologi yang digunakan melibatkan studi literatur untuk membangun kerangka teoretis dan observasi untuk memahami konteks spesifik sekolah. Temuan menunjukkan bahwa SMA Negeri 8 Semarang memiliki potensi aset yang signifikan, terbukti dari prestasi sebagai Sekolah Adiwiyata dan juara pertama sekolah hemat energi tingkat provinsi. Optimalisasi aset ini, dikombinasikan dengan strategi pengembangan SDM yang terencana, dapat mengatasi tantangan implementasi program seperti kendala anggaran dan kesiapan pelaksana. Pendekatan holistik ini menciptakan lingkungan pendidikan yang adaptif dan berkelanjutan, berkontribusi pada pencapaian tujuan sekolah dan peningkatan kualitas pendidikan secara keseluruhan.
Keyword : aset, pengembangan, sdm,
Pendahuluan
Latar Belakang
SMA Negeri 8 Semarang telah membuktikan kemampuannya melalui pencapaian sebagai Sekolah Adiwiyata dan peraih juara satu sekolah hemat energi tingkat Provinsi Jawa Tengah. Prestasi ini menunjukkan potensi besar yang dimiliki sekolah dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia, terutama dalam aspek lingkungan dan sumber daya manusia.
Namun, banyak sekolah menghadapi hambatan saat menjalankan program-program pendidikan. Kendala yang umum terjadi meliputi ketidaksesuaian waktu pelaksanaan dengan kalender akademik, keterbatasan anggaran, dan kurangnya kesiapan pelaksana. Hambatan ini mencerminkan adanya persoalan sistemik yang memerlukan pendekatan menyeluruh.
Selain itu, dukungan dari pemangku kepentingan sering kali minim akibat komunikasi dan koordinasi yang belum optimal. Situasi ini menunjukkan bahwa modal sosial dan politik yang ada belum dimanfaatkan secara maksimal.
Padahal, setiap sekolah memiliki beragam aset internal dan eksternal yang kerap tidak dikenali atau dioptimalkan. Jika aset-aset ini dikelola dengan baik, sekolah dapat membangun fondasi yang kuat untuk mendukung keberhasilan program pendidikan.
Dengan mengoptimalkan tujuh kelompok asset; modal manusia, sosial, fisik, alam, finansial, politik, serta agama dan budaya, sekolah dapat menyusun strategi pengembangan yang positif dan berkelanjutan. Pendekatan ini menekankan pada potensi dan kekuatan yang sudah ada, bukan pada kekurangan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
Kajian Teoretis
Konsep Pengembangan SDM Pendidikan
Di tengah derasnya arus globalisasi dan perubahan teknologi, sektor pendidikan menghadapi tantangan besar dalam mencetak individu yang bukan hanya mampu beradaptasi, tetapi juga menjadi inovator perubahan. Dalam konteks ini, pengembangan sumber daya manusia (SDM) menjadi fondasi yang tidak dapat diabaikan. Pendidikan bukan sekadar mentransfer ilmu, tetapi membentuk kompetensi, karakter, dan daya saing.
Menurut Munir (2010), pendidikan adalah wahana strategis dalam membentuk manusia Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Maka, pengembangan SDM tidak cukup bersifat teknis atau administratif saja, melainkan harus menyentuh dimensi filosofis—yakni keyakinan bahwa setiap individu memiliki potensi berkembang sepanjang hayat. Inilah landasan bagi semangat lifelong learning, pembelajaran seumur hidup, yang digaungkan UNESCO sebagai prinsip utama pendidikan abad ke-21.
Tak kalah penting, era digital menuntut integrasi teknologi dalam pengembangan SDM. Teknologi bukan hanya alat, tetapi juga katalisator perubahan metode belajar dan komunikasi. Model pelatihan berbasis kebutuhan, coaching dan mentoring, serta peningkatan kualifikasi formal menjadi bagian integral strategi yang disarankan oleh Robbins & Coulter (2012) dalam Management.
Namun, ada hal yang lebih dalam: tujuan sejati dari pengembangan SDM adalah membentuk agent of change—seseorang yang bukan hanya responsif terhadap perubahan, tetapi aktif menciptakan inovasi. Seperti ditegaskan oleh Fullan (2007) dalam The New Meaning of Educational Change, guru yang hebat tidak hanya mengadaptasi kurikulum, tetapi mereformasi cara belajar anak-anak sesuai zaman.
Konsep Aset Sekolah dan Tujuh Kelompok Sumber Daya
Pendekatan berbasis aset (asset-based approach) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukenali hal-hal yang positif dalam kehidupan. Dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif. (Siti Suharsih dan Yuni Widiastuti: 2023)
Aset sekolah dapat didefinisikan sebagai semua sumber daya berharga, baik yang bersifat lingkungan maupun manusia, yang dapat diidentifikasi dan dikembangkan untuk kemajuan institusi pendidikan. Pendekatan dalam mengelola aset ini dapat dibedakan menjadi pendekatan berbasis defisit dan pendekatan berbasis aset. Pendekatan berbasis defisit cenderung berfokus pada apa yang bermasalah, kurang, atau tidak berfungsi, yang dapat menimbulkan pandangan negatif.
Sebaliknya, pendekatan berbasis aset berfokus pada apa yang berfungsi, menginspirasi, dan merupakan kekuatan positif atau potensi yang dimiliki. Ciri-ciri sekolah berbasis aset meliputi fokus pada kekuatan yang ada, membayangkan masa depan yang diinginkan, mengorganisir kompetensi dan sumber daya yang dimiliki, serta merancang dan melaksanakan rencana aksi berdasarkan visi dan kekuatan tersebut.
Dalam konteks pengembangan komunitas berbasis aset, terdapat tujuh sumber daya utama atau modal utama yang dapat diidentifikasi dan dioptimalkan:
Optimalisasi aset ini bukan hanya tentang pengelolaan masing-masing aset secara terpisah, melainkan tentang sinergi antar aset. Ketika kekuatan sumber daya manusia (biotik) dan lingkungan fisik (abiotik) dipadukan, hal ini akan menjadi dasar dalam mengelola komunitas sekolah agar berkembang dan memiliki keunikan tersendiri. Ini menunjukkan bahwa dampak total dari optimalisasi aset lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya, menekankan pentingnya manajemen aset yang terintegrasi.
Kerangka Program Kerja Sekolah dan Keberhasilan Implementasi
Perencanaan program pendidikan yang sistematis, komprehensif, dan berkelanjutan merupakan prasyarat utama dalam mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran lembaga pendidikan. Menurut Robbins dan Coulter (2012), perencanaan strategis menjadi kerangka kerja penting dalam manajemen pendidikan modern, di mana keberhasilan implementasi sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia (guru), kelengkapan sarana dan prasarana, serta efektivitas kelembagaan.
Lebih lanjut, motivasi intrinsik tenaga pendidik dan partisipasi aktif berbagai pihak seperti komite sekolah, orang tua peserta didik, dan dukungan teknologi informasi menjadi faktor krusial dalam mendukung keberlangsungan program. Pemerintah dan institusi terkait juga memegang peranan penting dalam mengawal kelancaran dan keberlanjutan pelaksanaan program pendidikan (UU No. 14 Tahun 2005).
Namun, pelaksanaan program tidak luput dari tantangan struktural dan operasional. Hambatan seperti benturan jadwal akademik, keterbatasan anggaran, serta ketidaksiapan pelaksana dalam menyikapi perubahan sering kali menjadi penghalang utama. Kelemahan koordinasi, minimnya komunikasi antar pemangku kepentingan, serta keterbatasan infrastruktur teknologi dan sumber daya menjadi faktor tambahan yang memperlemah efektivitas pelaksanaan.
Menurut Fullan (2007), manajemen program pendidikan tidak dapat mengandalkan pendekatan linier atau mekanistik semata. Diperlukan strategi mitigasi yang adaptif dan fleksibel, seperti pelatihan berkelanjutan, peningkatan fasilitas pendidikan, pendampingan intensif terhadap kurikulum, pemberian insentif, serta pengaturan jadwal pelatihan yang terintegrasi dengan kegiatan sekolah. Otonomi kelembagaan, kepemimpinan partisipatif, dan kolaborasi lintas sektor masyarakat merupakan landasan penting dalam membentuk manajemen yang dinamis dan responsif terhadap realitas lapangan.
Dengan demikian, landasan teoretik ini menegaskan bahwa perencanaan dan implementasi program pendidikan tidak cukup hanya berlandaskan prosedur formal, tetapi harus mengadopsi pendekatan yang kontekstual, partisipatif, dan transformatif dalam menjawab tuntutan zaman.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui metode studi literatur dan observasi. Kombinasi keduanya memungkinkan dilakukan triangulasi data, yang secara signifikan meningkatkan validitas dan reliabilitas hasil temuan. Studi literatur memberikan landasan teoretis serta gambaran tentang kondisi ideal, sementara observasi menghasilkan data empiris dan kontekstual dari SMA Negeri 8 Semarang (apa yang terjadi di lapangan).
Pendekatan Studi Literatur
Zed, M. (2008) menyatakan bahwa studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, mencatat, serta mengelola bahan penelitian.
Sumber-sumber tersebut meliputi jurnal ilmiah terakreditasi, buku, laporan penelitian, skripsi, serta situs internet terpercaya yang sesuai dengan topik penelitian.
Tujuan utama dari studi literatur adalah merumuskan kerangka pemahaman yang komprehensif terhadap topik yang diteliti, serta memperoleh konsep dan teori yang relevan dari hasil-hasil penelitian sebelumnya.
Menurut Darmadi (2011) Tahapan pelaksanaan studi literatur meliputi:
Sugiyono (2018) menjelaskan bahwa analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus-menerus selama proses penelitian, dengan fokus pada pemaknaan data.Pendekatan ini dirancang untuk memastikanbahwa kajian teori dan pembahasan didukung oleh referensiterkini, khususnya dari jurnal terakreditasi dalam negeri yang terbit dalam tiga tahun terakhir (2022–2025), denganpenggunaan sitasi yang konsisten.
Pendekatan Observasi
Sugiyono (2018) menjelaskan bahwa observasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap objek yang diteliti, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi observasi partisipatif di mana Peneliti dapat bergabung dengan partisipan dan menjadi bagian dari kelompok mereka untuk mendapatkan wawasan yang lebih mendalam tentang kehidupan dan dinamika di SMA Negeri 8 Semarang. Ini relevan untuk memahami interaksi antar SDM dan budaya sekolah.
Teknik pengumpulan data melalui observasi meliputi pencatatan langsung dalam catatan lapangan (field notes), penggunaan instrumen observasi seperti checklist, dan potensi penggunaan media rekam (audio/video) jika memungkinkan dan etis, dengan mempertimbangkan masalah akses, sampling, dan etika.
Pendekatan observasi ini memungkinkan pengumpulan data primer mengenai kondisi aktual SMA Negeri 8 Semarang, termasuk kondisi fisik aset, dinamika interaksi SDM, dan implementasi program di lapangan, yang tidak dapat sepenuhnya diperoleh dari studi literatur saja, sehingga memberikan validitas kontekstual pada temuan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Profil dan Prestasi SMA Negeri 8 Semarang
SMA Negeri 8 Semarang didirikan pada tanggal 3 September 1979 dan berlokasi di Jalan Raya Tugu, Tambakaji, Ngaliyan, Semarang, Jawa Tengah. Sekolah ini memiliki Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) 20328866 dan telah mendapatkan akreditasi A (Unggul) pada tahun 2022 dengan nilai 96.
Visi SMA Negeri 8 Semarang adalah Mewujudkan Sekolah yang Berkarakter Berwawasan Lingkungan dan Berdaya Saing Global, yang menunjukkan komitmen kuat terhadap pengembangan karakter siswa dan kepedulian lingkungan. Moto sekolah, SOLID: Sosial Optimis Literasi Inovatif Dwibahasa, juga mencerminkan nilai-nilai inti yang dipegang teguh.
Dalam bidang lingkungan, SMA Negeri 8 Semarang telah menunjukkan prestasi yang membanggakan. Sekolah ini berhasil meraih penghargaan sebagai sekolah hemat energi terbaik pertama tingkat Provinsi Jawa Tengah. Ini bukti bahwa sekolah komitmen terhadap efisiensi energi dan pembiasaan pola hidup hemat di kalangan warga sekolah.
Selain itu, SMA Negeri 8 Semarang juga telah meluncurkan program Adiwiyata pada tahun 2023 dengan tujuan mencapai tingkat provinsi. Kegiatan peluncuran Adiwiyata ditandai dengan penanaman Toga, lidah buaya, buah, dan pembibitan hidroponik sawi, serta melibatkan partisipasi aktif dari warga sekolah, masyarakat sekitar, wali murid, pengurus komite, dan kader Adiwiyata.
Prestasi-prestasi ini secara jelas menunjukkan kekuatan yang sudah ada di SMA Negeri 8 Semarang, khususnya dalam Modal Lingkungan/Alam dan Modal Manusia. Program Adiwiyata, misalnya, melibatkan partisipasi aktif dari berbagai pihak, yang mencerminkan adanya Modal Sosial yang kuat dan SDM yang proaktif. Penghargaan sekolah hemat energi juga menunjukkan pemanfaatan Modal Fisik (fasilitas sekolah) secara efisien dan budaya pengelolaan sumber daya yang baik.
Kekuatan-kekuatan yang telah terbukti ini dapat menjadi landasan strategis yang kokoh untuk pengembangan SDM yang lebih luas dan keberhasilan program-program sekolah lainnya.
Identifikasi dan Optimalisasi Tujuh Kelompok Aset di SMA Negeri 8 Semarang
Pemanfaatan pendekatan berbasis aset memungkinkan SMA Negeri 8 Semarang untuk mengidentifikasi dan mengoptimalkan tujuh kelompok sumber daya utamanya. Optimalisasi ini tidak hanya berfokus pada perbaikan kekurangan, tetapi pada pembangunan kekuatan yang telah ada, menciptakan dampak sinergis yang lebih besar dari sekadar penjumlahan bagian-bagiannya.
Tabel 1: Identifikasi dan Potensi Optimalisasi Tujuh Kelompok Aset di SMA Negeri 8 Semarang
KelompokAset |
Identifikasi Aset di SMA Negeri 8 Semarang |
Potensi Optimalisasi untuk Pengembangan SDM dan Program |
Modal Manusia |
Kepala Sekolah, Guru, Murid berprestasi, Tenaga Kependidikan |
Pelatihan guru berbasis kebutuhan (Kurikulum Merdeka, teknologi), coaching dan mentoringindividual, rotasi kerja, pelatihan |
Modal Sosial |
Komite Sekolah, Wali murid, Masyarakat sekitar, Alumni, Instansi terkait (Dinas Pendidikan, ESDM Jateng, puskesmas Tambakaji, Universitas Negeri) |
Peningkatan komunikasi dan kolaborasi efektif, pemberdayaan stakeholder dalam perencanaan dan pelaksanaan program, pembentukan jejaring kemitraan strategis. |
Modal Fisik |
Gedung sekolah, Laboratorium Kimia, Fisika, Biologi, Ruang kelas, Sarana olahraga, Sanitasi. |
Optimalisasi penggunaan fasilitas untuk pembelajaran inovatif dan berbasis proyek, perawatan dan pemeliharaan preventif secara berkala, pemanfaatan teknologi dalam manajemen aset. |
Modal Lingkungan/Alam |
Status Sekolah Adiwiyata, Prestasi Juara 1Sekolah Hemat Energi, Lingkungan sekolah yang asri, potensi kebun sekolah/hidroponik, topografi sekolah yang unik |
Pengembangan program lingkungan berkelanjutan, menjadikan lingkungan sebagai media pembelajaran langsung (misalnya, kebun sayur, hidroponik), kampanye hemat energi dan air yang lebih masif. |
Modal Finansial |
Anggaran BOS, Anggaran BOP, Koperasi Sekolah, Persewaan Kantin Sekolah, sponsorship |
Optimalisasi alokasi anggaran untuk pengembangan SDM dan sarana prasarana, efisiensi penggunaan dana, pencarian sumber dana tambahan melalui kolaborasi eksternal. |
Modal Politik |
Dukungan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang, Dinas ESDM Provinsi Jateng, Keterlibatan dalam program pemerintah |
Memanfaatkan dukungan kebijakan dan sumber daya dari pemerintah daerah, aktif berpartisipasi dalam inisiatif pendidikan nasional, membangun hubungan baik dengan pembuat kebijakan. |
Modal Agama dan Budaya |
Nilai-nilai lokal, kegiatan keagamaan, tokoh masyarakat/tokoh agama di sekitar sekolah |
Integrasi nilai-nilai lokal dan keagamaan dalam kurikulum dan kegiatan ekstrakurikuler, pelibatan tokoh masyarakat dalam pembentukan karakter siswa, pemanfaatan kearifan lokal untuk mendukung program sekolah |
Pembahasan per Aset:
SMA Negeri 8 Semarang juga telah mengirim 6 orang guru mengikuti program guru penggerak hingga lulus dengan hasil baik, mengirim pelatihan kepala perepustakaan, hingga pelatihan Pembelajaran Mendalam bagi kepala sekolah dan guru.
Pendampingan dan
coaching individual secara berkala oleh kepala sekolah juga dapat membantu guru mengatasi hambatan spesifik dalam pengajaran dan manajemen kelas, serta mengembangkan kompetensi profesional secara personal.
Selain itu, potensi siswa berprestasi juga dapat dimanfaatkan dalam program sekolah, misalnya melalui proyek-proyek inovatif atau kepemimpinan siswa dalam kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan dan Karya Ilmiah Remaja.
Strategi untuk mengatasi kurangnya partisipasi pemangku kepentingan dapat dilakukan melalui peningkatan komunikasi yang efektif dan pemberdayaan mereka dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan program.
Mengubah tantangan kurangnya dukungan menjadi aset berarti secara proaktif melibatkan mereka dalam program sekolah, membangun rasa kepemilikan, dan menciptakan sinergi yang menguntungkan. SMA Negeri 8 Semarang setiap tahun menyelenggarakan program orang tua mengajar sebagai upaya keterlibatan masyarakat dalam pembelajaran.
Pemeliharaan ini memanfaatkan juknis BOS 2025 yang mengamanahkan 20% dari anggaran untuk digunakan sebagai biaya perawatan sarana dan prasarana sekolah.
Kebijakan dalam penerimaan siswa baru juga merupakan modal politik SMA Negeri 8 Semarang karena memperoleh murid dengan input yang berkualitas dari jalur prestasi.
Strategi Pengembangan SDM Pendidikan di SMA Negeri 8 Semarang
Berdasarkan identifikasi aset dan kajian teoretis, strategi pengembangan SDM di SMA Negeri 8 Semarang perlu dirumuskan secara spesifik dan terintegrasi dengan optimalisasi aset. Strategi ini harus selaras dengan visi sekolah Mewujudkan Sekolah yang Berkarakter Berwawasan Lingkungan dan Berdaya Saing Global dan Moto SOLID: Sosial Optimis Literasi Inovatif Dwibahasa. Keselarasan strategis ini memastikan bahwa pengembangan SDM secara langsung mendukung tujuan utama dan identitas unik sekolah.
Analisis Keberhasilan Program dan Tantangan Implementasi
Keberhasilan program di SMA Negeri 8 Semarang, seperti program Adiwiyata dan prestasi Sekolah Hemat Energi, merupakan bukti nyata adanya SDM yang kompeten dan aset yang dioptimalkan, terutama Modal Lingkungan, Modal Manusia, dan Modal Sosial. Keberhasilan ini menunjukkan kapasitas sekolah dalam mengelola dan melaksanakan program secara efektif. Faktor pendukung keberhasilan ini meliputi motivasi intrinsik guru dan tenaga kependidikan, partisipasi aktif dari komite sekolah dan orang tua murid, serta pemanfaatan teknologi informasi dalam pengelolaan program.
Namun, implementasi program di sekolah juga menghadapi berbagai tantangan yang perlu diatasi secara strategis:
Tabel 2: Tantangan Implementasi Program dan Strategi Mitigasi di SMA Negeri 8 Semarang
TantanganImplementasiProgram |
Strategi Mitigasi |
Kegiatan tidak sesuai rencana karena kalender akademik yang padat, anggaran tidak memadai, dan ketidaksiapan pelaksana |
Perencanaan program yang fleksibel dan adaptif, memungkinkan penyesuaian terhadap dinamika kalender akademik atau perubahan kondisi. Optimalisasi anggaran melalui efisiensi, pemeliharaan preventif, dan kolaborasi eksternal. Pelatihan SDM berbasis kebutuhan dan berkelanjutan untuk meningkatkan kesiapan.
|
Kurangnya dukungan seluruh pihak (masalah koordinasi, perencanaan, dan komunikasi yang efektif antar stakeholder) |
Peningkatan komunikasi dan kolaborasi antar stakeholder melalui forum rutin dan platform digital. Pemberdayaanstakeholder denganmemberikan partisipatifdalam pengambilankeputusan. |
Keterbatasan sumber daya, termasuk kurangnya sarana dan prasarana yang memadai dan akses internet yang terbatas atau tidak stabil |
Peningkatan dan pemeliharaan infrastruktur secara berkala. Pemanfaatan teknologi secara optimal, termasuk solusi alternatif untuk akses internet terbatas. Prioritaskanpengadaan sarana yang mendukung program inti. |
Kesenjangan pemahaman guru terhadap perkembangan digitalisasi dan kurikulum baru (misalnya Kurikulum Merdeka dan pendekatan Deep Learning) |
Pendampingan teknologi dan sosialisasi kurikulum secara berkelanjutan. Pelatihan yang terintegrasi ke dalam kegiatan rutin sekolah dengan jadwal fleksibel. Mendorong budaya berbagi praktik baik antar guru. Misalnya mengirim guru untuk mengikuti pelatihan deep learning lalu mengimbaskan ke guru lain melalui workshop internal yang terstruktur |
Strategi mitigasi ini menunjukkan pergeseran fundamental dari pendekatan reaktif (hanya menanggapi masalah setelah terjadi) ke pendekatan proaktif (mengantisipasi dan mencegah masalah melalui perencanaan strategis, pelatihan berkelanjutan, dan kolaborasi yang kuat).
Manajemen proaktif semacam ini merupakan pembeda utama untuk implementasi program yang efektif dan pengembangan sekolah yang berkelanjutan. Dengan demikian, SMA Negeri 8 Semarang dapat membangun sistem dan kapasitas yang kuat untuk mencegah masalah atau beradaptasi dengan cepat dan efektif.
Hubungan Optimalisasi Aset dan Pengembangan SDM dalam Mendukung Keberhasilan Program
Optimalisasi aset sekolah dan pengembangan SDM pendidikan memiliki hubungan yang saling menguatkan dan sinergis dalam mendukung keberhasilan program. Keduanya tidak dapat dipisahkan, melainkan saling melengkapi untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang kondusif dan berkualitas.
Secara langsung, optimalisasi aset berkontribusi pada pengembangan SDM. Sebagai contoh, ketika Modal Fisik seperti laboratorium yang lengkap dan terawat dioptimalkan melalui pemeliharaan dan pemanfaatan teknologi maka SDM (guru dan siswa) dapa mengembangkan metode pembelajaran inovatif dan eksperimental. Ketersediaan fasilitas yang memadai dan terawat memungkinkan guru untuk menerapkan strategi pengajaran yang lebih bervariasi dan menarik, yang dapat meningkatkan kompetensi pedagogis dan profesional mereka. Demikian pula, optimalisasi Modal Finansial untuk penyediaan sumber daya belajar yang memadai atau pendanaan in house training, berbagi praktik baik, pendidikan kepemimpinan siswasecara langsung mendukung peningkatan kapasitas SDM.
Guru dan tenaga kependidikan yang memiliki pemahaman mendalam tentang konsep aset berbasis komunitas (Modal Manusia, Sosial, Fisik, Lingkungan/Alam, Finansial, Politik, Agama dan Budaya) akan lebih mampu mengenali potensi tersembunyi dalam lingkungan sekolah mereka.
Misalnya, SDM yang terlatih dalam manajemen lingkungan akan lebih efektif dalam mengelola Modal Lingkungan/Alam, seperti yang terlihat pada keberhasilan SMA Negeri 8 Semarang sebagai Sekolah Adiwiyata dan juara hemat energi.
SDM yang memiliki kemampuan kerja sama dan jaringan (network) yang baik akan mampu mengoptimalkan Modal Sosial dan Modal Politik dengan membangun kemitraan yang strategis.
Sinergi ini menciptakan lingkaran positif: SDM yang kompeten akan lebih proaktif dalam mengidentifikasi dan memanfaatkan aset, yang kemudian akan meningkatkan kualitas program. Kualitas program yang meningkat akan menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik, yang akan memotivasi dan mengembangkan SDM lebih lanjut.
Misalnya, program Adiwiyata yang sukses tidak hanya memanfaatkan Modal Lingkungan/Alam, tetapi juga secara aktif mengembangkan Modal Manusia (siswa dan guru yang peduli lingkungan) dan Modal Sosial (partisipasi komunitas atau kader adiwiyata).
Keberhasilan ini kemudian dapat menjadi inspirasi dan model untuk program lain, menunjukkan bagaimana aset yang dioptimalkan dan SDM yang berkembang secara bersama-sama mendorong pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Dengan demikian, hubungan antara optimalisasi aset dan pengembangan SDM adalah hubungan yang saling memperkuat, di mana satu elemen mendorong pertumbuhan elemen lainnya, menuju keberhasilan program yang berkelanjutan.
Penutup
Simpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa strategi pengembangan sumber daya manusia (SDM) pendidikan yang efektif di SMA Negeri 8 Semarang dapat dicapai melalui optimalisasi sinergis dari tujuh kelompok aset sekolah. SMA Negeri 8 Semarang, dengan prestasi sebagai Sekolah Adiwiyata dan juara kedua sekolah hemat energi tingkat provinsi, telah menunjukkan potensi signifikan dalam pengelolaan aset lingkungan dan sumber daya manusia. Optimalisasi Modal Manusia melalui pelatihan berbasis kebutuhan, coaching, dan pengembangan budaya inovasi, dikombinasikan dengan pemanfaatan Modal Sosial, Fisik, Lingkungan/Alam, Finansial, Politik, serta Agama dan Budaya, akan secara langsung mendukung peningkatan kompetensi SDM dan efektivitas program. Hubungan antara optimalisasi aset dan pengembangan SDM bersifat saling menguatkan, di mana SDM yang berkualitas mampu mengidentifikasi dan memanfaatkan aset secara efektif, sementara aset yang dioptimalkan menyediakan lingkungan yang kondusif untuk pengembangan SDM. Pendekatan proaktif dalam manajemen, yang mengantisipasi dan memitigasi tantangan seperti kendala anggaran, ketidaksiapan pelaksana, dan kurangnya dukungan pihak, merupakan kunci keberhasilan implementasi program yang berkelanjutan.
Saran
Berdasarkan temuan penelitian ini, beberapa saran dapat diajukan untuk SMA Negeri 8 Semarang dan praktisi pendidikan lainnya:
Daftar Pustaka
Darmadi, H. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Fullan, M. (2007). The New Meaning of Educational Change(4th ed.). New York: Teachers College Press.
Gcomm.id. . (2024). Strategi Komunikasi Efektif: MeningkatkanKinerja dan Kolaborasi.
Jurnalpost. (2022). Pendekatan Berbasis Aset dalam Pengelolaan Sumber Daya Sekolah.
Kompasiana. (2025). Komite Sekolah: Pilar Partisipasi Masyarakat dalam Dunia Pendidikan.
Munir. (2010). Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. Referensi dalam JEKPEND
Robbins, S. P., & Coulter, M. (2012). Management (11th ed.). Pearson Education.
Schultz, T. W. (1970). Investment in Human Capital: The Role of Education and of Research. New York: Free Press. org
Siti Suharsih dan Yuni Widiastuti,. (2023). Modul Pembelajaran 3.2: Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Teks resmi di JDIH BPK RI
Zed, M. (2008). Literatur dan Metodologi Penelitian. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.