Nama : Alya Pramudita Ramadhani
Kelas/No. : X MIPA 1/03
Pada tanggal 9 maret 2020, WHO (World Health Organization) secara resmi mendeklarasikan virus corona (COVID-19) sebagai wabah penyakit yang menyebar di seluruh dunia termasuk Indonesia. Salah satu upaya pemerintah dalam menangani pandemi dimulai dengan diadakannya lockdown, artinya penutupan akses dari dalam maupun luar yang diikuti dengan larangan mengadakan pertemuan yang melibatkan banyak orang, penutupan sekolah dan universitas, hingga tempat-tempat umum. Dengan adanya kebijakan lockdown, maka memberikan dampak terhadap lingkungan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Terhentinya sebagian besar aktivitas manusia di luar rumah, dapat mengurangi tingkat polusi udara. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh European Space Agency, data yang didapatkan melalui gambar satelit memperlihatkan adanya penurunan nitrogen dioksida (gas polutan udara) di sejumlah kota besar di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Kanada, China, India, Brazil, Italia, dan lain-lain. Gas polutan berasal dari alat transportasi seperti mobil, motor, dan kegiatan industri yang menjadi penyebab buruknya kualitas udara di kota besar. Dikutip dari Centre for Research on Energy and Clean Air, tercatat mengalami penurunan gas polutan sekitar 40% di negara Indonesia, khususnya udara di Jakarta setelah menerapkan lockdown. Tidak hanya gas polutan saja yang berkurang, gas karbon dioksida juga telah berkurang di masa pandemi COVID-19. Ketika kegiatan ekonomi dan aktivitas di luar rumah terhenti, gas mengalami penurunan walaupun tidak terlalu besar.
Selain mengurangi gas dan gas , pandemi COVID-19 juga memberikan efek buruk terhadap lingkungan. Salah satunya adalah meningkatnya penggunaan plastik sekali pakai dari peralatan medis seperti sarung tangan, hingga kemasan plastik lainnya. Banyaknya penggunaan Alat Pelindung Diri kesehatan, masker, sarung tangan dan peralatan kesehatan lainnya menyebabkan limbah medis meningkat secara drastis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Penumpukan sampah medis tentu tidak dapat dihindari karena di saat pandemi ini banyak orang yang menggunakan alat medis sekali pakai, yang menyebabkan sampah medis bertambah. Dan banyak orang memilih makanan yang dikemas, sehingga menyebabnya sampah plastik meningkat. Bahkan tempat makan yang masih buka tidak lagi menggunakan alat makan yang dapat digunakan kembali sebagai upaya menghentikan penyebaran virus.
Untuk sekarang ini, pandemi COVID-19 belum bisa berakhir. Pemerintah menekankan untuk tetap melakukan aktivitas di rumah, dan jika terpaksa keluar rumah harus tetap mematuhi protokol kesehatan. Dengan tetap berada di rumah, maka kita bisa mengurangi penyebaran virus corona dan bisa mengurangi kerusakan lingkungan sekitar.